Tetapi istilah yang sama juga ternyata dikenal juga dalam dunia politik. Istilah Silver, Gold dan Platinum ini sempat membuat kaget politisi muda Golkar Nurul Arifin.
Ceritanya bermula ketika Nurul maju kembali sebagai calon legislatif pada Pemilu 2014 dari daerah pemilihan Jawa Barat VII yang meliputi Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Bekasi.
Nurul sempat ditawari seseorang yang dikenal sebagai tokoh masyarakat dan juga mengaku tokoh agama pula. Sebagai calon legislator tentu saja Nurul yang juga Wakil Sekjen DPP Golkar ini antusias dengan tawaran orang tersebut.
“Siapa yang tidak tertarik dengan tawaran itu coba,” kata Nurul di Kompleks Parlemen, belum lama ini.
Belakangan Nurul kecewa campur kaget ketika sang tokoh lokal ini ternyata membantu itu dengan pamrih alias menjual jasa.
“Mbak Nurul mau yang mana tinggal pilih. Mau Silver, Gold atau Platinum,” kata sang tokoh.
“Maksudnya?” Nurul bingung.
Sigap dengan kebingungan Nurul, sang tokoh langsung menyatakan maksudnya secara vulgar. “Kalau yang Silver didoain 100 orang dan harganya tertentu, Gold didoain 300 orang dan Platinum didoain 500 orang dan harganya tertentu pula,” katanya.
Nurul mengaku sampai mengurut dada mendengar tawaran seperti itu. “Masya Allah doa saja dihargai. Sejak saat itu saya putuskan mendingan langsung saja berhubungan dengan rakyat,” katanya.
Hasilnya? Nurul tak lolos ke Senayan. Apakah ini disebabkan karena Nurul tak memilih layanan Silver, Gold dan Platinum? Wallahualam.
Komentar
Posting Komentar